Delegasi militer yang dipimpin oleh Panglima Angkatan Udara Myanmar Maung Maung Kyaw akan mengunjungi Moskow pada hari Kamis, kata perwakilan Kedutaan Besar Myanmar kepada The Moscow Times.
Perwakilan tersebut mengatakan bahwa sebagai bagian dari kunjungan tersebut, delegasi berencana untuk menghadiri pameran HeliRussia, pameran helikopter terbesar Rusia, yang akan berlangsung di Moskow dari 20 hingga 22 Mei. Pedagang senjata negara Rusia Rosoboronexport pada hari Rabu dikatakan dia berencana memamerkan helikopter tempur Ka-52 dan Mi-28NE terbarunya di pameran di Crocus Center di ibu kota.
Perwakilan HeliRussia menegaskan bahwa Myanmar adalah “salah satu dari lebih dari 50 negara” yang diharapkan hadir dalam konferensi tersebut, tetapi menolak mengatakan apakah delegasi militer akan hadir atau tidak.
Kementerian Pertahanan Rusia belum secara terbuka mengumumkan pertemuan apa pun dengan mitranya di Myanmar. Atase militer Myanmar di Moskow juga mengkonfirmasi kunjungan Maung Maung Kyaw melalui email, dengan mengatakan kepala angkatan udara akan berada dalam “jadwal yang ketat”.
Kantor Berita Irrawaddy Rabu dilaporkan bahwa taipan Myanmar yang sebelumnya mendapat sanksi AS, U Tay Za, juga akan menjadi bagian dari delegasi tersebut. The Moscow Times tidak dapat mengonfirmasi hal ini secara independen.
Rusia terus mendukung rezim Myanmar setelah kudeta militer yang menggulingkan Aung San Suu Kyi mengakhiri satu dekade pemerintahan sipil dan menyebabkan protes massal terhadap junta. Pada bulan Maret, Wakil Menteri Pertahanan Rusia Alexander Fomin mengunjungi Myanmar dalam kunjungan pejabat tinggi asing pertama ke negara itu sejak kudeta.
Sementara keseluruhan perdagangan antara Rusia dan Myanmar tetap minim, Rusia dan Myanmar baru-baru ini memperdalam kerja sama militer mereka dan Rusia sekarang menjadi pengekspor militer nomor dua ke Myanmar setelah China.
Pada bulan Januari tahun ini, Menteri Pertahanan Rusia, Sergei Shoigu sepakat untuk menyediakan Myanmar dengan sistem rudal permukaan-ke-udara Pantsir-S1, drone pengintai Orlan-10E dan peralatan radar selama kunjungan ke ibu kota Naypyidaw pada bulan Januari. Menurut data pabean gergaji oleh The Moscow Times, rezim militer Myanmar mengimpor peralatan radar senilai $14,7 juta pada bulan Februari tahun ini.
Pada pertengahan April, militer Myanmar mengakui kematian 248 pengunjuk rasa anti-pemerintah, dengan mengatakan mereka dibunuh setelah mereka memulai kekerasan. Pembela hak asasi manusia di Myanmar mengatakan bahwa lebih dari 800 pengunjuk rasa telah dibunuh oleh junta.
Pengamat mengatakan Myanmar menggunakan pesawat dan helikopter buatan Rusia untuk membom protes anti-pemerintah dan pemberontak.