Presiden Rusia Vladimir Putin mengatakan kepada timpalannya dari Prancis Emmanuel Macron pada hari Senin bahwa latihan “provokatif” pimpinan AS di Laut Hitam “meningkatkan ketegangan” antara Moskow dan NATO, kata Kremlin.
Kedua pemimpin menyatakan “ketidakpuasan” dengan apa yang disebut Moskow sebagai situasi “memburuk” di Ukraina timur, kata pernyataan Kremlin.
Putin “menarik perhatian pada sifat provokatif dari latihan skala besar yang dipimpin oleh Amerika Serikat dan sekutunya di Laut Hitam, yang meningkatkan ketegangan antara Rusia dan NATO,” kata Kremlin.
Komentar Putin muncul setelah negara-negara Barat membunyikan alarm atas aktivitas militer Rusia di dekat Ukraina.
Menurut Elysee, Macron memberi tahu Putin bahwa Prancis siap mempertahankan integritas teritorial Ukraina.
Pekan lalu, Putin mengatakan bahwa Kremlin memandang latihan Laut Hitam baru-baru ini oleh AS dan kapal NATO lainnya sebagai tantangan serius.
Dia mengatakan kepada televisi pemerintah bahwa kementerian pertahanan Rusia “memiliki proposal untuk mengadakan latihan sendiri yang tidak direncanakan di perairan yang sama.”
“Tapi saya yakin ini tidak pantas dan tidak perlu meningkatkan situasi lebih jauh,” katanya.
Putin tampaknya merujuk pada beberapa kapal perang AS yang ikut serta dalam latihan di Laut Hitam yang dikatakan Moskow sedang “memantau”.
Menurut pernyataan Kremlin, Putin juga mengkritik Ukraina karena “penggunaan” drone baru-baru ini dalam konfliknya dengan pemberontak pro-Rusia.
Bulan lalu, Kiev merilis rekaman dari apa yang dikatakannya sebagai penggunaan pertama drone TB2 Bayraktar buatan Turki melawan separatis.
Putin mengatakan itu melanggar perjanjian damai yang ditandatangani di Minsk pada 2015.
Diplomat tinggi AS Antony Blinken memperingatkan Moskow pekan lalu agar tidak membuat “kesalahan serius” lainnya terhadap Ukraina saat Washington mencari kejelasan tentang pergerakan pasukan di dekat perbatasan.
Uni Eropa mengatakan juga prihatin dengan aktivitas militer Rusia di dekat perbatasan.
Blok beranggotakan 27 negara itu mengatakan sedang memantau situasi dengan mitra termasuk AS dan Inggris.
Tuduhan itu muncul di tengah meningkatnya ketegangan antara Uni Eropa dan Moskow atas kebuntuan migran di perbatasan antara Polandia dan Belarus yang bersekutu dengan Kremlin.
Pada tahun 2014, Moskow mencaplok semenanjung Krimea di Kiev dan sejak itu Ukraina telah mengobarkan konflik dengan pemberontak pro-Rusia di bagian timur negara itu. Konflik tersebut merenggut lebih dari 13.000 nyawa.